Rabu, 24 November 2010

peristiwa meletus nya gunung merapi


Merapi (ketinggian puncak 2.968 m dpl, per 2006) adalah gunung berapi di bagian tengah pulau jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan menjadi taman nasional gunung merapi sejak tahun 2004.
Menurut pengajar Sosiologi Universitas Gajah Mada, Dr Mohammad Supraja, mengatakan bahwa bagi warga Gunung Merapi merupakan sumber kehidupan yang menjadi sumber nafkah mereka, mulai dari pertanian hingga peternakan.
“Secara kultural ada semacam ikatan kuat antara masyarakat di sana dengan gunung berapi itu karena mereka merasa aman dan nyaman secara ekonomis,” ujar Dr Mohammad Supraja kepada BBC Indonesia.
Dengan kata lain mereka tidak bisa begitu saja meninggalkan sumber mata pencaharian yang sangat penting bagi mereka untuk tinggal di tempat pengungsian.
Memang semua boleh berpendapat dan beranalisa.
-Dari sudut pandang pemerintah: sudah kewajban untuk menyelamatkan rakyatnya..
-Dari sudut pandang penduduk sekitar merapi: ada yang beralasan belum mendapat perintah dari penguasa merapi, ini tanah hidup matinya, sudah takdir dsb..

Maka banyak banyak orang yang tidak mengerti mengapa mereka ga mau mengungsi padahal jelas2 bahaya di depan mata. Namun tidaklah bijak jika kita mengkritik tanpa memahami apa sich yang buat mereka bertahan (keyakinan, kepercayaan, budaya?)
Memang tidak mudah untuk mengatasi ini. Banyak hal yang harus dimengerti dan dipahami karena mereka penduduk merapi juga punya keyakinan dan kepercayaan yang sudah turun temurun mereka yakini..

Ini tentunya akan menjadi diskusi yang menarik mengingat bangsa kita bangsa yang beraneka ragam kepercayaan dan keyakinan yang luhur warisan nenek moyang yang wajib kita hormati..
Berdasarkan fata yang ada penyebab warga di lereeng merapi enggan mengungsi diakibatkan oleh tingkat kepercayaan warga yang masih tinggi terhadap hal-hal mistis,hal itu dapat terlihat dari tingkat kepercayaan warga terhadap keberaqdaan juru kunci merapi yang dapat mencegah agar merapi tidak meletus,kepercayaan warga terhadapa hal tersebut semakin kuat ketikan merapi yang diisukan akan meletus tahun 2006 ternyata tidak jadi meletus,hal tersebut juga menyebabkan tingkat kepercayaan warga terhadap para ahli geologi dan pemerintah pun juga menurun dan lebih mempercayai sang juru kunci.
Selain itu hal lain yang membuat warga enggan mengungsi adalah warga enggan meninggalkan hewan ternak mereka serta harta benda mereka jadi mereka lebih memilih tinggal di rumah untuk menjaga hewan ternak mereka serta harta benda mereka meskipun para relawan telah membujuk mereka agar cepat mengungsi,akibatnya setelah merapi benar-benar meletus pada sore hari banyak warga yang tidak dapat selamt dari keganasan awan panas merapi atau yang biasa disebut warga setempat sebagai wedus gembel.
Inti permasalahan
Jadi warga di lerang merapi enggan mengungsi dikarenakan oleh tingkat kepercayaan mereka terhadap juru kunci yang masih tinggi serta mereka enggan meninggalkan harta benda mereka dan pergi ke pengungsian.
Faktor lainnya yang menyebabkan warga yang ada dalam zona bahaya tidak mau segera mengungsi adalah adanya keyakinan masyarakat bahwa daerah dimana mereka tinggal tidak akan terkena dampak letusan gunung Merapi.
Contohnya penduduk di desa Kinahrejo, kabupaten Sleman, merasa yakin dan optimis bahwa mereka akan senantiasa terhindar dari ancaman letusan gunung Merapi. Selama ini, desa ini selalu luput dari ancaman lahar panas Merapi. Tapi, apa yang terjadi ? Desa yang terletak 4 km dari puncak gunung Merapi ini luluh lantak terkena terpaan awan panas pada 26 Oktober 2010. 31 orang tewas.
Ratusan warga di kecamatan Selo kabupaten Boyolali juga menolak untuk diungsikan. Mereka bersikeras tidak mau meninggalkan rumah lantaran merasa yakin daerahnya tidak akan terkena dampak letusan gunung Merapi. Padahal, jarak tempat tinggal mereka dengan puncak gunung hanya sekitar 6 km. “Sejak dulu, daerah kami belum pernah terkena lahar atau awan panas Merapi. Daerah kami aman dan kami tidak mau mengungsi.”
Cara Penangannya
Budaya sadar risiko (Risk Culture)
Apakah yang dimaksud dengan budaya sadar risiko (risk culture) ? Budaya sadar risiko (risk culture) adalah sistim nilai dan tingkah laku pada masyarakat / sebuah organisasi yang menekankan pada setiap tingkatan masyarakat / organisasi mengenai pentingnya me-manage risiko sebagai bagian dari aktivitas harian mereka.
Salah satu elemen dari budaya sadar risiko (risk culture) adalah tingkat dimana seseorang mengerti mengenai risiko (risk awareness). Budaya sadar risiko (risk culture) mempengaruhi staff dan manajer-manajer dalam memahami / mengerti akan adanya risiko pada saat mereka melaksanakan kegiatan harian mereka.
Tujuan menciptakan adanya budaya sadar risiko (risk culture) adalah untuk menciptakan sebuah situasi dimana staf dan manager-manajer secara naluri melihat adanya risiko-risiko dan mempertimbangkan dampaknya ketika membuat keputusan operasional yang efektif.
Budaya sadar risiko (risk culture) mempengaruhi pengambilan keputusan oleh manajemen dan karyawan.

Jika seseorang / sebuah perusahaan memiliki budaya sadar risiko (risk culture) maka dapat dipastikan bahwa orang / perusahaan tersebut akan melakukan hal yang tepat.